Senin, 02 Mei 2016

Fajar (Joe) Anak Kuliahan

“Kalau kita sedekah dengan ikhlas maka Allah pasti akan menggantinya berlipat ganda “
“Allah tidak akan ingkar terhadap janji-janjinya”


Sebelumnya mungkin diantara kita sudah sering mendengar dan atau membaca dua kalimat di atas ?


Allah sudah berjanji bahwa sedekah kita akan dilipat gandakan menjadi berlipat-lipat, itulah salah satu janji Allah yang jelas pada beberapa Ayat Al-Quran dan hadist berikut :


· Allah Tabaraka wataala berfirman: “Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (H.R. Muslim)


· Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh. (HR. Al-Baihaqi)


· “Harta itu tidak akan kurang dengan disedekahkan.” (HR. Imam Muslim)


· Satu dirham memacu dan mendahului seratus ribu dirham. Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu?” Nabi Saw menjawab, “Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan bersodaqoh dengannya, dan seorang lagi memiliki harta-benda yang banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disodaqohkannya. (HR. An-Nasaa’i)


· ”Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (pembayarannya oleh Allah) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS.Al-Hadid:18)

Kali ini saya ingin menceritakan tentang kisah nyata saya sendiri yang berkenaan dengan Sedekah, Sebelumnya dalam cerita ini, saya tidak punya maksud dan niat lain selain ingin berbagi cerita tentang hebatnya Sedekah :)



Pengeluaran Berlebih Demi Membeli Alat Olahraga


Awal cerita ketika saya ingin membeli sebuah alat olahraga yang ternyata harganya tidak berbanding lurus dengan dompet seorang mahasiswa, Ya ! saya salah satu Mahasiswa di Universitas Gunadarma, biasa orang-orang memanggilku dengan nama Fajar atau Joe.


Karena memang saya sangat mengnginkannya akhirnya berusaha menabung dan berhemat, saya sendiri berniat ingin membeli alat tersebut 2 bulan kedepan, namun apa daya, setelah 2 bulan uang masih kurang untuk membeli alat tersebut, tapi karena sudah berniat ingin membelinya pada hari itu akhirnya nekat menggunakan uang jajan yang tersisa di kantong tanpa memikirkan bagaimana kedepannya, karena untuk makan dan yang lainnya saya udah menyimpan stok bahan pangan yang cukup.


Akhirnya keinginan membeli alat tersebut tercapai, setelah beberapa hari ternyata perkiraan kurang tepat, dengan kata lain bahan pangan tidak akan cukup sampai akhir bulan dan sisa uang pun hanya tinggal 14.000.


Sisa uang di kantong tinggal 14.000


Dengan rasa bingung, saya langsung memutar otak mengatur bagaimana agar bahan pangan + 14.000 bisa digunakan sebaik-baiknya sampai akhir bulan, Puasa dan Mengurangi Jatah makan adalah solusi terbaik.


Namun dengan cara itupun, sekitar 10 hari sebelum akhir bulan, bahan pangan dan uang tidak cukup (mungkin hanya cukup untuk 2-3 hari lagi *paket hemat*), selain itu persediaan air minumpun hanya tinggal sedikit (sekitar 15 gelas terakhir), disinilah selama beberapa hari saya hanya minum 1 sampai 2 gelas saja dalam sehari.


Hari kamis sore, tepat bahan pangan hanya cukup untuk 1 kali makan, namun saya coba dipakai untuk 2x makan sampai sarapan pagi hari jum’at besok, untuk makan selanjutnya bagaimana besok aja, Pada Hari jum’at setelah selesai Matakuliah Statistika, saya langsung pergi ke Masjid bersama teman saya Berto.
.

Quiz Berhadiah Dari Salah Satu Dosen



Di masjid inilah, entah kenapa saya mendadak terpikir tentang sedekah , ” Kalau kita sedekah dengan ikhlas maka Allah pasti akan menggantinya berlipat-lipat“. Akhirnya dengan keyakinan dan percaya pada janji Allah, saya mengeluarkan uang 10.000 dan memasukkannya ke kotak amal, pada waktu itu yang saya pikirkan hanya “Ikhlas, Ridho, Pasrah dan Yakin Pada Janji Allah”, akhirnya sisa uang tinggal 4.000 dan bahan panganpun sudah habis.


Setelah Shalat Jum’at saya mengajak teman saya pergi ke kosan untuk istirahat, rasa malu menghampiri karena sesampainya di kosan, saya tidak bisa menyajikan makanan, bahkan air putihpun tidak bisa.


Aneh biasanya saya tidak berniat membaca materi ketika pulang Shalat jum’at, tapi pada hari itu saya ingin sekali membaca materi dengan sangat serius yang akan dibahas pada pertemuan kali ini.


Jam sudah menunjukan 13:00, akhirnya berangkat ke kampus, ketika di Jalan teman saya memberitau sesuatu yang bikin kaget, “Joe Lo serius minum sehari cuman dikit? gak takut mati lo?”, dalam hati gue berpikir ” gue juga pernah baca kali, kalo manusia bisa hidup 1 minggu tanpa makanan, tapi tak bisa tanpa air”, mau minjem tapi entah kenapa susah buat minjem, akhirnya karena rasa takut, saya membeli 1 air botol dan sisa uangpun tinggal 1.000.




Masuk kelas terlambat, ternyata dosen sudah mengajar, tak apa! saya sangat kenal Dosen ini sangat baik dan bijaksana, ketika saya baru saja duduk dan menarik napas panjang, dosen bilang seperti ini “Ayo Siapa yang bisa jawab, yasudah bapak naikkan Hadiahnya jadi 100.000″, tanpa mengingat rasa lapar, saya langsung tanya, hadiah apa pak ? soalnya apa ?, Dosen akhirnya mengulang soalnya, dan jujur pada saat itu saya tersenyum dan tertawa dalam hati mendengar soal yang di berikan dosen, tanpa pikir panjang saya langsung angkat tangan dan menjawab soal itu dengan tegas dan jelas.


Ketika saya menjawab, dosen itu hanya terdiam dan tersenyum beberapa saat, lalu dosen itu mengeluarkan uang 100.000 dan memberikannya kepada saya, senang dan bingung bagaimana cara menjelaskan perasaan senang ketika mendapat uang itu , karena untuk makan besok XD , uang yang sisa 1.000 sekarang jadi tersisa 101.000.


Subhanallah, sungguh hebat keajaiban Sedekah, yang hanya berawal 10.000 dilipat gandakan pada hari itu juga jadi 100.000, Ayo Sedekah :) #gerakansedekah.



Sumber;
https://ndesofilms.wordpress.com/2014/01/01/cerita-nyata-kehebatan-sedekah-kisah-diri-sendiri/
Share:

Bapak Bermotor Vespa

Kisah Inspirasi tentang keajaiban sedekah ini diambil dari kejadian yang terjadi di Jawa Tengah. Kala itu, Sebuah pespa tengah di engkol oleh seorang laki-laki yang ia adalah pemiliknya. Telah lama di engkol, akan tetapi ternyata tidak menyala juga. Kontan saja ia berfikir “Wah apa bensinya hasi ya..!”


Sebagaimana kebiasaan para pengendara motor, ia pun mengecek isi bensin dan benar saja, ternyata bensinya memang mau habis. Setelah di coba kembali untuk distarter, ternyata bisa juga. Kemudian dalam hatinya ia bertanya, “Beli bensi yang duluan atau langsung ke pengajian ya…?” Jika isi bensin dulu, saya harus mutar balik, sedangkan pengajian udah dekat,” Sambil merenung ia berkata dalam hatinya.

Di tengah kebungunganya, akhirnya ia arahkan vespanya ke arah pengajian. “Ah, nanti saja beli bensinnya setelah dari pengajian” Setelah sampai di pengajian, ia mendengarkan sang kiayi yang berceramah dengan seksama. Ternyata di pengajian, sang kiayi kebetulan membahas tentang manfaat sedekah atau keajaiban sedekah bagi merek ayang berkenan untuk menyisihkan hartanya.

“Harta tidak akan berkurang hanya karena sedekah, bahkan harta kita malah akan bertambah, bertambah, bertambah dan bertambah lagi,” Tutur Pak Kyai kepada para hadirin yang ada.

Setelah menerangkan tentang sedekah, Pak Kyai juga membahasa tentang keajaiban Sedekah dan keutamaannya, Ia pun mengajak para hadirin yang ada untuk ikut bersedekah.

Ketika yang lain dengan semangat memberikan uang sedekahnya, di sisi lain, ternyata Si Bapak yang membahwa vespa tadi juga ingin ikut bersedekah. Akan tetapi uangnya hanya tinggal Rp. 1000 Rupian,

uang seribu rupian pada waktu si Bapak dulu cukup untuk membeli bensin ½ liter.

Dalam hatinya ada bisikan yang memberikan ketakutan kepada si Bapak apakah ia harus mendahulukan keyakinanya akan keajaiban sedekah yang ia dengar dari pak kyai atau motornya yang harus ia isi bensin,

“Uang kamu buat beli bensin Bang..! Jika di gunakan buat sedekah, nanti buat beli bensin gak ada.”

Kalo nanti motornya mogok gimana? Pastinya harus di dorong, udah malu, capek pula.”


Setelah agak lama merenung dan ragu sebentar, akhirnya si Bapak meluruskan niatnya juga untuk bersedekah. Sebenarnya uang tadi sudah di cabut dari kantongnya. Kontan ia pun berkata, “Nih uang udah keburu dicabut, masa sih dimasukkah lagi? Dorong motor juga gak bakal lama, lagian gak tiap hari ini, gak masalah lah!”
Akhirnya pengajian yang menyinggung tentang keajaiban sedekah pun beres dan waktu pulang tiba serta si Bapak tadi pulang ke rumahnya. Waktu di perjalanan, Vespa yang ditunggainya berhenti sekitar dua Ratus meter dari tempat pengajian tadi. Ternyata, kekhawatirannya tadi terjadi juga. Bensin motor benar-benar habis.

“Tuh kan..! Tadi juga sudah dibilangin, Jika saja tadi uangnya tidak dipake buat sedekah, Motor tidak usah kamu dorong karena uangnya bisa dipake buat beli bensin.”

Bisikan dari Syetan kembali terbersit dalam hati si Bapak, kali ini agar sibapak yang sudah bersedekah menyesali apa yang ia sedekahkan tadi. Akan tetapi, ternyata si Bapak tidak juga menggubris bisikan tersebut. Akhirnya ia bicara sendiri “Ah mungkin memang udah harus dorong.”

Walaupun begitu, terlihat mata sayu si Bapak berkaca-kaca, kemudian dalam hatinya ia bergumam lagi, “Ternyata tidak enak ya jadi orang susah itu, kepengen sedekah 1000 saja mesti dorong motor.” Ketika ia mendorong motor sekitar beberapa langkah, Eh ternyata ada mobil kijang yang berhenti di depannya.

Si Bapak, awalnya tidak menghiraukannya. Akan tetapi, setelah berhenti ternyata mobil itu mundur. “Motornya kok di dorong Mas, Emangnya kenapa?” Wah, ternyata yang mengemudi mobil kiajang tersebut merupakan teman lama si Bapak. Kemudian si Bapak menjawab sambil masih memegang vespanya, “Bensinya abis nih,”

“Oh gitu, ya sudah. Gimana kalo vespanya di pinggirkan dulu saja, lantas ikut aku, kita beli bensinnya dulu. Gimana?”

Setelah sampai di tempat Bensin (pom bensin maksudnya), lantas temannya tadi membeli air minum botol. Setelah air minumnya habis, lantas disilah ia bensin 1 Liter. Subhanalloh, Uang sedekahnya yang tadi hanya cukup buat ½ Liter, kini sudah kembali 2 x lipat. Setelah itu, mereka berdua naik ke mobil dan terjadilah perbincangan hangat. “Kamu beruntung ya..!” Teman si Bapak memulai pembicaraan.

“Untung gimana maksudnya?” “Masih ingat kan? Kita menikah pada tahun yang sama, Tapi ternyata, sampai sekarang saya belum dikaruniai anak. Kalo sampean sudah punya anak tiga. Si Bapak menjawab, “Justru saya kira Situ malah yang lebih beruntung dari saya”. “Situkan punya kijang, kalo saya cuman punya Vespa itupun udah tua”. “Emangnya kamu mau anaknya di tukar sama mobil kijang?”

Di perjalanan menuju motor vespa si Bapak, Mereka berdua banyak ngobrol bercerita tentang pengalaman serta kesusahan-kesusahan yang mereka alami. Singkat cerita, ternyata teman lama si Bapak itu merasa simpati kepada Bapak yang punya vespa tadi. Ketika tiba di tempat si Bapak naro motor Vespanya tadi… “Mas, aku tidak ikut turun ya,”

Ketika si Bapak turun, sang pemilik kijang melihat kantornya dan mengeluarkan sebuah amplop berisi uang. “Oh iya Mas, Saya mau nitip ya. Tolong bilangin ke Istri kamu, doakan kami agar segera punya anak seperti kalian ya..!.” “Jangan dilihat di sini ya.., saya juga belum tahu isinya, itu bonus dari perusahaan”

Setelah sampai di rumah kedianmannya, Si bapak amat terkejut. Ternyata, amplop yang diberikan temannya itu berisi uang Rp. 1.000.000,- (Satu juta Rupian). Artinya Seribu kali lipat dari sedekahnya tadi yang hanya seribu Rupian.

Sumber;
http://berbaktikepadaorangtua.com/keajaiban-sedekah-kisah-nyata-dari-yusuf-mansur/
Share:

Bontang (Bu Reni)

KEAJAIBAN SEDEKAH YANG MENAKJUBKAN

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Di Bontang, Kalimantan Timur ada sebuah perusahaan kaya raya dengan fasilitas yang luar biasa bagi karyawannya. Penghasilan para pegawainya berlipat-lipat dibanding dengan perusahaan swasta maupun nasional lainnya. Tunjangan berupa rumah, mobil, pendidikan anak bahkan makan pun diberikan. 

Beberapa kali saya
berkunjung ke sana maka saya hanya berkomentar, "Betapa beruntungnya mereka yang tinggal dan bekerja di tempat ini!" Mereka hidup di sebuah komplek yang terisolir dari dunia Bontang. Pagar-pagar mereka kokoh berdiri dan lengkap dengan petugas keamanan yang membuat komplek perumahan itu terisolir dari dunia luar.

Penghasilan besar yang mereka dapat, -mungkin sebab sulit untuk mendapatkan mustahik-, maka kewajiban zakat dan sedekah pun barangkali tak tersalurkan. Namun meski demikian hal yang menjadi hak Allah adalah tetap menjadi hak-Nya. Dimana suatu saat Dia pun akan menagihnya.

Sore itu saya diminta bersilaturrahmi dengan sebuah majlis taklim kaum ibu di sana. Tema yang diminta membuat saya berpikir keras untuk mencari referensinya. BEROBAT DENGAN SEDEKAH!!! "Darimana saya harus memulai...?" saya membatin.

Alhamdulillah atas izin Allah Swt ceramah pengantar yang saya berikan terasa nikmat. Jangankan untuk mereka kaum ibu yang mendengarkannya, saya sendiri saja merasakan kenikmatan itu. Rupanya Allah Swt memberi keberkahan pada majlis kami saat itu. Tanpa terasa saya dapati beberapa 'ilmu ladunni' yang Allah berikan. Sehingga saya belajar saat mengajar. Menjadi mengerti bersama orang-orang yang mencari pemahaman.

Allah mewariskan ilmu yang diketahui seseorang, asalkan ia mengamalkan ilmu yang sudah pernah ia ketahui. (Muhammad Saw)

Usai pembicaraan kurang lebih sekitar setengah jam, maka saya menawarkan kepada peserta majlis untuk bertanya dan berdialog. Di sana rupanya ada seorang ibu berusia lebih dari 40 tahun, sebutlah namanya Reni. Tiba-tiba ia mengacungkan tangan dan ternyata ia bukan hendak bertanya akan tetapi ia ingin berbagi pengalaman kepada semua peserta yang hadir. Reni pun memulai kisahnya:

Kira-kira 17 tahun yang lalu Reni hamil untuk pertama kali. Allah Swt menakdirkan bahwa Reni keguguran. Maka dari Bontang, ia pun diantar oleh suaminya pergi ke Balikpapan dengan pesawat untuk berobat ke seorang dokter terkenal di sana bernama Yusfa. Akhirnya Reni dikuret rahimnya.

Sepulangnya dari Balikpapan, Reni mendapati dari qubulnya selalu keluar darah dalam jumlah banyak. Bahkan lebih banyak dari menstruasi rutin. Apalagi bila ia bangun tidur, ia dapati kasur dan sprei selalu bersimbah darah. Ia panik dan kalut mengatasi hal ini. Maka ia pun kembali lagi ke Balikpapan bersama suaminya untuk berobat ke dokter Yusfa.

Sayangnya sang dokter tidak mengerti sebab pendarahan hebat ini. Maka yang terjadi adalah kali itu Reni dikuret lagi. Sakit dan perih, itulah yang dirasakan Reni!

Namun pendarahan itu masih tetap saja terjadi, padahal hampir setiap dua hari sekali Reni dan suami terbang Bontang-Balikpapan untuk mengkonsultasikan penyebab pendarahan ini. Namun tindakan yang diambil oleh dokter Yusfa hanyalah mengkuret rahim Reni. Reni dan suami hanya bisa pasrah dan berharap pertolongan Allah Swt atas musibah ini.

Kejadian ini berlangsung cukup lama. Hingga tubuh Reni bertambah ringkih, rumah tangga tak terurus, uang tabungan terkuras dan suami tidak bisa bekerja tenang sebab harus sibuk mengurusi Reni. Sepertinya ada sebuah cobaan besar yang sedang Allah Swt timpakan kepada Reni dan suaminya.

Reni & suami terus berdoa kepada Allah Swt agar diberi jalan keluar dari masalah ini.

Hingga akhirnya Allah Swt pun mendengar dan mengijabah doa mereka

Hari itu Reni dan suami hendak terbang ke Balikpapan untuk berkonsultasi dengan dokter Yusfa. Namun ada suara hati yang berbisik pada diri Reni. Ia bawa sejumlah uang dalam jumlah besar. Uang itu bukan ia niatkan untuk bayar biaya pengobatan, akan tetapi ada sebuah cita-cita mulia di sana yang ingin ia wujudkan. Cita-cita itu adalah, "AKU INGIN BERSEDEKAH!" Sejumlah uang itu pun ia masukkan ke dalam tas tangan yang Reni bawa.

Pesawat telah membawa Reni dan suaminya pergi menuju Balikpapan. Setibanya di bandara Sepinggan, Balikpapan Reni berjalan tertatih dipapah oleh sang suami. Dengan susah payah, Reni pun akhirnya tiba di dalam ruang bandara. Di dalam hati Reni berdoa kepada Tuhannya, "Ya Allah, datangkan untukku seorang pengemis yang bisa menerima sedekahku. Izinkan aku untuk bersedekah di hari ini!"

Keinginan untuk bersedekah itu membuncah lagi di hati Reni. Sungguh ia amat berharap untuk bisa bersedekah kali itu.

Pintu keluar bandara sudah dilalui oleh Reni dan suami. Subhanallah, tiba-tiba ada seorang pria berpakaian lusuh menyapa Reni dan menjulurkan tangan tanda minta sedekah. Reni bergembira dan yakin bahwa inilah ijabah doa dari Allah Swt.

Tanpa banyak berpikir, ia merogoh tas tangannya. Sejumlah uang yang sudah disiapkan ia berikan ke tangan pengemis itu. Maka pengemis dan suami Reni melongo melihat jumlah uang yang Reni sedekahkan. Reni pun melanjutkan langkahnya bersama suami dan kemudian mereka masuk ke dalam sebuah taksi untuk pergi ke rumah sakit tempat dokter Yusfa berpraktek.

"Untuk apa uang sebanyak itu kau sedekahkan?! " tanya sang suami. Reni menjawab dengan yakin, "Boleh jadi dengan sedekah itu Allah Swt menyembuhkan penyakitku, Pa!" Mendapati jawaban seperti itu suami Reni tidak banyak mendebat. Memang di saat-saat seperti ini, hanya pertolongan Allah saja yang dapat menyelamatkan mereka.

Seperti kali sebelumnya, tidak ada jawaban positif dari dokter Yusfa atas penyebab pendarahan yang keluar dari qubul Reni. "Hingga saat ini, saya belum tahu pasti apa penyebabnya" jelas dokter Yusfa.

Maka Reni dan suami pun kembali ke Bontang tanpa hasil memuaskan.

Pendarahan hebat masih terus terjadi dari rahim Reni setiap hari. Reni hanya bisa bersabar dan pasrah atas takdir yang telah Allah Swt tetapkan pada dirinya. Pagi itu, Reni tengah berada di dapur untuk membuat masakan ringan. Tiba-tiba terasa olehnya ada sesuatu yang tidak beres di perutnya dan ia pun ingin pergi ke toilet. Rasa ingin buang air itu seperti tak terkendali ... Hingga Reni harus berlari sebab khawatir ia tak kuasa menahannya.

Atas izin Allah Swt ia kini sudah berada di kamar mandi. Namun hanya pakaian luar saja yang sempat ia buka, sedangkan pakaian dalam tak sempat ia tanggalkan. Rupanya ada segumpal daging penuh darah yang keluar dari qubul Reni dan ternyata ia tidak mau buang air. Segumpal daging penuh darah itulah rupanya yang membuat Reni terdesak untuk buang air.

Merasa aneh dengan segumpal daging itu, maka Reni mengambil sebuah kantong plastik kecil dan memasukkannya ke dalam kantong tersebut. Reni berpikir bahwa ia harus menanyakannya kepada dokter Yusfa tentang benda aneh ini.

Pagi itu adalah jadwal Reni berkonsultasi dengan dokter Yusfa. Ia seperti biasa pergi ke Balikpapan didampingi oleh suaminya. Konsultasi kali itu, seperti biasa tidak memberikan perkembangan ke arah positif sama sekali. Hampir saja Reni putus asa dengan keadaan ini.

Namun tiba-tiba ia teringat akan kejadian aneh kemarin pagi. Lalu ia pun merogohkan tangannya ke dalam tas dan mencari-cari plastik kecil berisi segumpal daging penuh darah. Ia keluarkan plastik kecil itu dan ia sodorkan kepada dokter Yusfa. Kejadian aneh kemarin pagi itu diceritakan oleh Reni kepada dokter Yusfa.

Dokter Yusfa menerima plastik berisikan benda aneh itu. Dahinya berkerut tanda bahwa ia berpikir keras tentang benda ini. Dan beliau pun berkata, "Ibu dan bapak mohon tunggu sebentar di sini. Saya akan pergi ke laboratorium untuk memeriksakan hal ini!"

Saat dokter Yusfa pergi meninggalkan ruangannya, Reni dan suami hanya berharap bahwa dokter Yusfa akan datang membawa sebuah berita gembira untuk mereka.

Kira-kira 20 menit kemudian dokter Yusfa datang sambil berlari. Ya berlari, bukan berjalan! Begitu pintu terbuka dokter pun berteriak dengan nada keras, "Alhamdulillah bu Reni.... Alhamdulillah. ...!!! Saya baru mengerti rupanya pendarahan selama ini disebabkan kanker rahim yang ibu alami... dan benda ini adalah kanker rahim tersebut. Cuma saya hanya mau bertanya bagaimana cara kanker ini bisa gugur dengan sendirinya.. .?!"

Subhanalllah. ... rupanya penyebab pendarahan hebat selama ini adalah sebuah kanker yang tidak dapat terdeteksi. Pertanyaan terakhir dari dokter Yusfa tak mampu dijawab langsung oleh Reni. Namun Reni hanya mampu bersyukur kepada Allah bahwa akhirnya pertolongan itu datang juga untuknya setelah penantian yang cukup lama. Akhirnya pendarahan pun terhenti begitu saja, dan rupanya pertolongan Allah Swt tiba setelah Reni bersedekah dengan sejumlah harta yang sudah ia cita-citakan.

"Sembuhkan penyakit kalian dengan cara sedekah. Lindungi harta yang kalian miliki dengan zakat." HR. Baihaqi

Sedekah sungguh sebuah perkara yang mengagumkan. Apakah anda pernah mengalaminya?

Sumber;

http://seribusatukisahislami.blogspot.com/2014/05/kisah-nyata-keajaiban-sedekah-yang.html
Share:

Sedekah Para Sahabat Nabi

Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang mulia yang Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya. Mereka adalah orang-orang yang menggabungkan ilmu dan amal dalam kehidupannya, mereka mengorbankan harta dan jiwa untuk Islam dan kaum muslimin. Oleh karena itu, merekalah tauladan kita setelah para Nabi dan Rasul.

Di antara teladan yang mereka berikan kepada kita adalah keteladanan dalam bersedekah. Demi Islam dan kaum muslimin, harta yang mereka yang mereka miliki seolah-olah tak berarti. Sebanyak apapun yang dibutuhkan untuk Islam dan kaum muslimin akan mereka berikan sesuai dengan apa yang mereka miliki. Bersamaan dengan itu, sedekah tersebut memiliki kualitas keikhlasan yang tak tertandingi. Semoga Allah meridhai mereka.
Berikut ini di antara sedikit dari amalan sahabat Nabi dengan keadaan zaman mereka yang sulit dan kemampuan finansial mereka yang masih terbatas.








Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu
Ketika Abu Bakar radhiallah ‘anhu berkeinginan membebaskan Bilal radhiallah ‘anhu dari perbudakan, Umaiyah bin Khalaf mematok harga 9 uqiyah emas. Dan dengan segera Abu Bakar radhiallah ‘anhulangsung menebusnya.
1 uqiyah emas = 31,7475 gr emas
285,73 gr x Rp 400.000,00 = Rp 114.291.000,00
Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu

Di dalam Kitab Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih, karangan Ibnu Abdil Barr, menerangkan bahwa Umarradhiallah ‘anhu telah mewasiatkan 1/3 hartanya (untuk kepentingan Islam) yang nilainya melebihi nilai 40.000 (dinar atau dirham), atau totalnya melebihi nilai 120.000 (dinar atau dirham). Jika dengan nilai sekarang, setara dengan) 510.000 gr emas = Rp 204.000.000.000,00
Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu
Saat Perang Tabuk, beliau menyumbang 300 ekor unta,
300 ekor unta x Rp 12.000.000,00 = Rp 3.600.000.000,00
serta dana sebesar 1.000 Dinar Emas
1000 dinar x 4,25 gr = 4250 gr x Rp 400.000,00 = Rp 1.700.000.000,00
Ubaidullah bin Utbah memberitakan, ketika terbunuh, Utsman radhiallah ‘anhu masih mempunyai harta yang disimpan penjaga gudangnya, yaitu: 30.500.000 dirham dan 100.000 dinar
Di zaman Rasul perak memiliki kekuatan beli yang sangat tinggi
595 gram perak = 85 gram emas
100.000 dinar x 4,25 gr = 425.000 gr emas x Rp 400.000,00 = Rp 170.000.000.000,00
30.500.000 dirham x 85/595 = 4.357.143 dinar x 4,25 gr = Rp 18.517.857,8 x Rp 400.000,00
Rp 18.000.000 x Rp 400.000 = Rp 7.200.000.000.000,00 (Rp 7,2 Triliun)
Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu
Ketika menjelang Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf mempelopori dengan menyumbang dana sebesar 200 Uqiyah Emas.
1 uqiyah emas = 31,7475 gr emas
200 uqiyah x 31,7475 gr emas = 6.349,5 gr x Rp 400.000,00 = Rp 2.539.800.000,00
Menjelang wafatnya, beliau mewasiatkan 50.000 dinar untuk infaq fi Sabilillah
100.000 dinar x 4,25 gr = 425.000 gr emas x Rp 400.000,00 = Rp 170.000.000.000,00
50.000 dinar = 85.000.000.000,00
Ini baru satu amalan dari sekian banyak sedekah lainnya yang mereka lakukan, belum lagi amalan selain sedekah. Inilah upaya mereka berniaga dijalan Allah Ta’ala. BAGAIMANA DENGAN SAYA, DAN ANDA…….?
Sumber :

http://kisahmuslim.com/sedekahnya-para-sahabat-nabi/
Share:

Copyright © Kebaikan Ilmu | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com